Seorang pemimpin harus memiliki hasrat, iki kudu!, Jika tidak ada hasrat-tidak ada keinginan-tidak ada semangat, jadi pemimpin harus memiliki hasrat-gaerah-semangat untuk menginspirasi orang-orang yang ia pimpin, juga agar bisa berkomunikasi secara jelas dan tegas tentang visi yang. Ia gagas untuk organisasinya. Hasrat membentuk pemimpin yang bersemangat tidak loyo bin plempam- plempem yang tentunya membosankan.
Selain hasrat, seorang pemimpin juga harus hadir untuk organisasi yang ia pimpin, kehadirannya harus berikut disertai dengan pikiran, hati dan Tenaganya. Pemimpin yang selalu menghilang, hadir ketika ada keuntungan masa bodoh dengan persoalan yang memusingkan, adalah sosok pemimpin licik dan egois, dijamin kehidupan organisasinya pun kacau, jangankan bisa mencapai sebuah hasil maksimal untuk bertahan pun sungguh kepayahan.
Selanjutnya komitmen, benar..... komitmen banget penting bagi seorang pemimpin, komitmen Ning opo? jelasnya komitmen pada visi organisasinya, komitmen pada orang yang dipimpinnya dan juga komitmen pada hati nuraninya sendiri. Komitmen bukan sebentuk tulisan, harapan kosong atau omongan doank alias omdo atau istilah jadulnya NATO (No Action Talky Only) he....he...lumayan masih ingat!, Jadi seorang pemimpin harus memiliki komitmen nyata agar organisasi ia pimpin bergerak maju, karena akan didukung oleh orang-orang yang tidak dikecewakan, melainkan orang-orang yang gembira dalam bekerja.
Selain ketiga hal diatas perlu ditambahkan pula bahwa seorang pemimpin harus berakal Budi, masalahnya pemimpin erat hubungannya dengan pengambilan keputusan, nah....dalam hal ini penting mempertimbangkan data-data dan sikon yang ada, disini pemimpin dihadapkan pada proses pemikiran yang bukan cuma berfikir tekhnis semata tetapi juga harus berfikir reflektif (ngaca awak dewek), kritis ( ora gampang percaya jare wong), analitik (memetaken masalah pada bagian lebih sederhana lantas dibalikan kembali pada keseluruhan), walah.....mumet ta wa'? Kalo gitu kita ringkas gini aja...........bahwa seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan lebih mempertimbangkan kepentingan jangka panjangnya dari pada kepentingan jangka pendek, karena ia sangat memikirkan akan keberlanjutan kehidupan organisasi yang ia pimpin.
Yang terakhir, seorang pemimpin harus mampu memahami paradoks tentang hidup. Dijelaskan secara ringkas bahwa paradoks adalah dua hal yang bertentangan dan adapula yang berbarengan namun justru saling membutuhkan, inti dari paradoks itu adalah semakin kita memberi semakin kita menerima.
Sebagai kesimpulan akhir, seorang pemimpin layaknya pencinta bijaksana yang senantiasa diliputi gairah atau hasrat, hangat bersemangat, keberadaannya nampak dan terasa, berkomitmen nyata, arif dalam menyikapi masalah dengan akal budinya dan bersikap lapang dada karena sudah memahami paradoks tentang hidupnya.
Tulisan diatas merupakan buah obrolan diwarung kopi sepuluh bulan yang lalu, sengaja saya rangkum bagian penting yang kiranya jadi pokok bahasan dengan tema, "Baiknya pemimpin itu yang gimana?"sengaja bahasan yang saya ambil ini singkat supaya mudah dipahami oleh orang kebanyakan, pada temen-temen bareng ngopi saya ucapkan banyak terimakasih.
Kekurangan dan kesalahan adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan saya pribadi yang masih butuh terus belajar, mudah-mudahan bisa dipermaklum.
Selain hasrat, seorang pemimpin juga harus hadir untuk organisasi yang ia pimpin, kehadirannya harus berikut disertai dengan pikiran, hati dan Tenaganya. Pemimpin yang selalu menghilang, hadir ketika ada keuntungan masa bodoh dengan persoalan yang memusingkan, adalah sosok pemimpin licik dan egois, dijamin kehidupan organisasinya pun kacau, jangankan bisa mencapai sebuah hasil maksimal untuk bertahan pun sungguh kepayahan.
Selanjutnya komitmen, benar..... komitmen banget penting bagi seorang pemimpin, komitmen Ning opo? jelasnya komitmen pada visi organisasinya, komitmen pada orang yang dipimpinnya dan juga komitmen pada hati nuraninya sendiri. Komitmen bukan sebentuk tulisan, harapan kosong atau omongan doank alias omdo atau istilah jadulnya NATO (No Action Talky Only) he....he...lumayan masih ingat!, Jadi seorang pemimpin harus memiliki komitmen nyata agar organisasi ia pimpin bergerak maju, karena akan didukung oleh orang-orang yang tidak dikecewakan, melainkan orang-orang yang gembira dalam bekerja.
Selain ketiga hal diatas perlu ditambahkan pula bahwa seorang pemimpin harus berakal Budi, masalahnya pemimpin erat hubungannya dengan pengambilan keputusan, nah....dalam hal ini penting mempertimbangkan data-data dan sikon yang ada, disini pemimpin dihadapkan pada proses pemikiran yang bukan cuma berfikir tekhnis semata tetapi juga harus berfikir reflektif (ngaca awak dewek), kritis ( ora gampang percaya jare wong), analitik (memetaken masalah pada bagian lebih sederhana lantas dibalikan kembali pada keseluruhan), walah.....mumet ta wa'? Kalo gitu kita ringkas gini aja...........bahwa seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan lebih mempertimbangkan kepentingan jangka panjangnya dari pada kepentingan jangka pendek, karena ia sangat memikirkan akan keberlanjutan kehidupan organisasi yang ia pimpin.
Yang terakhir, seorang pemimpin harus mampu memahami paradoks tentang hidup. Dijelaskan secara ringkas bahwa paradoks adalah dua hal yang bertentangan dan adapula yang berbarengan namun justru saling membutuhkan, inti dari paradoks itu adalah semakin kita memberi semakin kita menerima.
Sebagai kesimpulan akhir, seorang pemimpin layaknya pencinta bijaksana yang senantiasa diliputi gairah atau hasrat, hangat bersemangat, keberadaannya nampak dan terasa, berkomitmen nyata, arif dalam menyikapi masalah dengan akal budinya dan bersikap lapang dada karena sudah memahami paradoks tentang hidupnya.
Tulisan diatas merupakan buah obrolan diwarung kopi sepuluh bulan yang lalu, sengaja saya rangkum bagian penting yang kiranya jadi pokok bahasan dengan tema, "Baiknya pemimpin itu yang gimana?"sengaja bahasan yang saya ambil ini singkat supaya mudah dipahami oleh orang kebanyakan, pada temen-temen bareng ngopi saya ucapkan banyak terimakasih.
Kekurangan dan kesalahan adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan saya pribadi yang masih butuh terus belajar, mudah-mudahan bisa dipermaklum.