Langsung ke konten utama

Belajar Memahami Demokrasi

Para ahli banyak mengartikan demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Dengan pengertian yang sederhana dan mudah dihafal tersebut, semenjak kelas empat SD saya sudah mampu menjawab soal-soal ulangan dengan pertanyaan " maksud dari demokrasi" tersebut.

Beranjak kemudian diusiaku sekarang, saya merisaukan banyak kesulitan untuk memahami hafalan tersebut, berbagai pertanyaan timbul dibenak saya dengan melihat realitas yang ada.

Berbicara demokrasi berarti membicarakan soal keterbukaan, dari sini saya menanyakan, keterbukaan yang mana? Apa keterbukaan tanpa batas? Ataukah keterbukaan terbatas yang dimaksud disini ada sensor? Lah, kalo ada batasan sensor, berarti tidak bisa dikatakan terbuka dong? Lantas keterbukaan yang bagaimana?

Untuk memenuhi kerisauanku karena keterbatasan pengetahuanku itu, akhirnya aku pun mencari-cari jawabannya, dengan bertanya dan membaca akhirnya ada sedikit jawaban bahwa keterbukaan yang dimaksud adalah keterbukaan politis. Dimana keterbukaan adalah suatu tegangan yang terjadi antara rahasia di satu sisi dan transparansi disisi lainnya. Konon bagaimanapun rahasia tetep dibutuhkan oleh demokrasi seperti halnya manusia butuh rahasia bagi personanya, Dimana persona adalah jati diri yang nampak sekaligus yang tersembunyi dari orang banyak, bahwa manusia memiliki rahasia terdalam tentang dirinya yang hanya diketahui oleh orang tertentu saja biasanya hanya orang yang tercinta. Demikian pula rahasia dalam berdemokrasi.

Keterbukaan terjadi karena ada dorongan transparansi dan tarikan rahasia, terjadi maju mundur cuantik- berayun antara rahasia dan transparansi bolak balik. Pada posisi rahasia demokrasi membentuk identitas, sementara pada posisi transparansi mencipta pertanggungjawaban.

Dalam hal ini rahasia tidak bersifat mutlak ada kemungkinan bisa terbuka, ketika sudah ada kemampuan untuk menerima dan menanggapi kritik secara argumentatif

Pola pemerintahan demokratis berfokus pada kedaulatan rakyat, disini banyak pertanyaan muncul mengenai rakyat, salah satu celetukan kritis Gus Dur yang sangat mewakili pertanyaan dibenak saya adalah ketika beliau bertanya, spa itu rakyat? Siapa dia? Dimana alamatnya?

Kembali saya kesulitan untuk mendefinisikan apa sesungguhnya yang dimaksud rakyat? Karena rakyat merupakan entitas abstrak, maka hal yang bisa Saya lakukan yaitu dengan mengambil pemikiran Marx dan Faulcoult dalam melihat rakyat, keduanya membelah rakyat dengan dua kelas, Marx menggolongkan dengan kelas pemilik modal dan kelas buruh (tidak memiliki modal) sementara Foulcault membaginya dalam kelompok kelas dominan  dan kelas resisten (kelas oposisi).

Dilihat secara normatif maka demokrasi dengan kedaulatan rakyatnya harus bisa mewakili semua kelas tersebut, pemerintah demokrasi harus bisa membagi irisan kepentingan politisnya secara adil. Semua kelas memiliki posisi tawar yang sama tidak ada yang lebih tinggi atau yang direndahkan dan tidak ada yang lebih berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah.

Pemerintahan yang demokrasi dihadapkan pada dua sisi, disatu sisi ia berusaha menahan tekanan dominasi kelas pemodal, disisi lain ia ditarik untuk pembelaan terhadap kelas buruh ( kelas non modal). Sementara pada posisinya sendiri pemerintahan itu atau yang berkuasa sendiri adalah juga rakyat, ia diperintah sebagai pemerintah, tidakkah juga mereka perlu diwakili?

Kalo sekiranya pembelaan terhadap kelas buruh ( kelas yang tertindas) lebih diutamakan, apakah hal tersebut tidak diskriminasi terhadap pihak lainnya? Bagaimana pula akan posisinya pemerintahan sendiri sebagai rakyat yang diperintah? pertanyaan sudah sering saya tanyakan pada beberapa orang  yang saya anggap mampu, selain itupun saya terus berusaha mencari dengan membaca buku-buku tentang demokrasi, yang akhirnya dapat disimpulkan bahwa keadaan tersebut merupakan komitmen dan keberpihakan politis yang harus dilakukan meski sekilas tercium diskriminatif.

Pada akhirnya saya harus menyadari bahwa dalam demokrasi terdapat beberapa paradoks, terjadi banyak tegangan akan tetapi dari tegangan itulah timbul kearifan dan kebijaksanaan dalan tujuannya, bahwa demokrasi ingin mewujudkan kehidupan bersama yang harmonis meski meski dalam keberagaman.


Terimakasih untuk yang Sudi mampir di blog saya ini.




Postingan populer dari blog ini

Mengapa Konflik Pilkades Sulit Diputus?

Konflik atas nama pemilihan pemimpin di desa bagaikan lingkaran setan yang sulit diputuskan. Kita yang hidup di pedesaan sepertinya tidak mau belajar dari masa lalu kita, andai kita lihat dan telaah apa yang telah terjadi sebelumnya dan apa sebabnya? Kemudian kita pakai pelajaran tersebut didalam membuat sebuah kebijakan supaya hal buruk yang sama tidak terulang kembali, kita tidak akan jatuh kedalam lubang permasalahan yang sama. Sehingga perpecahan dalam kehidupan masyarakat di desa kita bisa dihindari. Karena Kerukunan masyarakat desa merupakan aset besar yang dimiliki desa, sekaligus sebagai modal dasar pembangunan desa, sebagaimana gotong royong bisa tercipta karena adanya kerukunan masyarakatnya. Justru hal yang penting itu, mengapa kemudian kita biarkan terkoyak lantaran persoalan perbedaan pilihan dalam kontestasi pemilihan pimpinan tersebut. Sangat ironis memang, sepertinya kita semua lupa tujuan pemilihan itu kemana? tidakkah diharapkan dari kegiatan demokrasi ini kem

Omongan lebe

Kalo ketemu sama ustadz Hadi, saya pengen nanyain omongan Lebe kemaren," kata Gaweng dengan nada greget,"emang ente mau nanya apaan weng," kaya Mang Kukus penasaran ,"masalah hukum agama kaitan syariat, kayanya hanya ustadz Hadi yang sanggup nerangin,"kata Gaweng dengan sangat meyakinkan bahwa satu-satunya orang yang mampu memecahkan persoalan tersebut adalah Ustadz Hadi yang ia banggakan sekaligus tanpa sadar kata-kata Gaweng memojokkan diri Mang Kukus diposisi orang yang tidak layak atau orang yang tidak memiliki kapasitas untuk membahas persoalan tersebut. "wuidih.....Katon serius pisan itu masalah weng !" balas Mang Kus nyentil, "bahasan elit, dudu kelas ecek-ecek pokoke." Kata Gaweng tegas,"ya wis sementara sambil nunggu Ustadz, gimana ngopi apa ora?" tanya Mang kus ,"nah ide bagus itu Mang Kus!" jawab Gaweng spontan setuju," tapi ngomong-ngomong sehubungan nilai tukar rupiah yang saya dapat sore ini anjlok, k

Hati sohib yang kecewa

Sore itu, di ranggon Mang Kukus" the villa ngaso and nggloso wong mopo" Wuih....tapa dimana weng, baru keliatan,"sambut Mang Kus meledek. Sementara Gaweng nampak tak peduli, wajahnya besengut sangat kesal dan marah. He...he... Weng..kalo mau kesini baiknya wudlu dulu....biar dongkol kesel buru jatuh di jalan ...pas nyampe kan enakan," kembali ledek Mang Kus dengan tawanya yang khas,"pikir Mang Kus mau ke masjid,"jawab Gaweng ketus," he.... he...itu sih baiknya kalo kita lagi marah mbok biar ga muncak coba disiram pakai wudu.......ada loh jalilnya,"jawab Mang Kus bergaya," Jalil ......sopo tho.. dalil maksud Mang Kus? Tanya Gaweng," nah ...itu ...printer...!" Tegas Mang Kus," kalo Jalil si tukang angon bebek jadi ga printer Mang....si dalil yang lagi kuliah tuh yang pinter...!" sambut Gaweng balik nyindir, "he ...he...he. ..kayanya habis pulang dari tapa, otake ente tambah s emar bener weng...?balas Mang